Konawe Selatan

Selamat Datang

Cerita Zainuddin, Tanam Porang Gara-gara Tonton Televisi

3 min read
Kepala Desa Uluwatu, berbaju putih, didampingi dua kepala desa lain yang ada di Konsel
Kepala Desa Uluwatu, berbaju putih, didampingi dua kepala desa lain yang ada di Konsel

TEGAS.CO., KONAWE SELATAN – Kisah pemulung yang bernama Paidi di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun sukses menjadi miliarder gara-gara menanam Porang, ternyata menginspirasi seorang warga Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) membudidayakan tanaman yang sedang booming itu.

Pria itu, tidak lain adalah Zainuddin, kepala desa Ulusena kecamatan Moramo, yang kini juga menjadi inspirasi warganya bahkan kepala desa lain di Kabupaten Konsel, sehingga beramai-ramai menanam tanaman umbi tersebut.

“Awalnya itu saya menonton acara di salah satu stasiun televisi. Di situ ada seorang pemulung yang sukses menanam Porang,” ucapnya menceritakan awal mula dia menanam Porang di kampungnya kepada pihak tegas.co di salah satu ruang kantor DPRD Sultra.

Dia kemudian menjelajahi kawasan hutan di sekitar tempat tinggalnya dengan berbekal informasi ciri-ciri tanaman Porang yang dilihatnya di televisi. Tak disangka, usahanya mencari tanaman yang dicarinya itu membuahkan hasil.

“Ternyata tanaman Porang itu tumbuh di dalam hutan yang di desa tempat saya tinggal,” ungkapnya.

Dari tanaman Porang yang didapatnya di hutan. Ia kemudian mencoba menanam di lahannya yang berukuran 20×30 meter persegi.

Namun apa yang dilakukannya, mendapatkan kendala yakni cibiran dari masyarakat bahkan keluarganya. Mereka menganggap usahanya menanam Porang tidak adanya gunanya karena cuma ikut-ikutan apa yang dilihatnya di televisi.

“Ya, ada yang mencibir apa yang saya lakukan (menanam Porang). Dan itu datang dari keluarga dekat saya, mereka mengatakan untuk apa menanam tumbuhan liar,” katanya.

Anggapan miring keluarganya itu tidak membuatnya patah arang. Bibit Porang yang didapatnya di hutan, ia tanam dan rawat. Dan di momen masa panen itulah, cibiran dari orang-orang terbantahkan. Ketika ada buyer (pembeli) dari Madiun datang untuk membeli Porang yang ditanamnya.

“Nah ada buyer dari Madiun datang ke tempat saya. Mereka mau borong Porang yang saya tanam. Dari situ orang-orang di kampung saya termasuk keluarga dekat saya yang mencibir saya. Akhirnya kemudian ikut menanam Porang,” tuturnya.

Terkendala Bibit dan Butuh Bantuan Pemerintah

Dibalik suksesnya penanaman Porang. Dia beserta beberapa kelompok tani di desanya mengalami kendala, yaitu keterbatasan bibit Porang dan belum adanya sentuhan bantuan dari pemerintah setempat.

Untuk bibit Porang kata dia, mereka kewalahan menghadapi pesanan dari warga desa tetangganya yang sekarang demam menanam Porang. Sementara bibitnya mereka dapatkan di hutan.

“Kita sudah kewalahan memenuhi pesanan bibit 7Porang yang kita tanam ataupun kita ambil di hutan, karena hutan di desa saya, sudah banyak orang-orang berkeliaran masuk menyisir ke dalam hutan mencari tanaman Porang,” terangnya.

Akibat tingginya permintaan bibit Porang. Dia meminta kepada pemerintah kabupaten Konsel maupun pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) agar bisa membantu pengadaan bibit Porang dan pupuk.

Menurutnya, pengadaan bibit Porang perlu ada campur tangan dari pemerintah daerah karena berdasarkan keterangan dari balai benih pertanian dan perkebunan Sultra yang pernah datang di desanya bahwa tanaman Porang tersebut berpotensi dikembangkan jadi varietas lokal.

Terdapat banyak manfaat dari tumbuhan Porang tersebut, diantaranya untuk bahan konsumsi seperti mie atau dijadikan beras di Jepang dan Korea, untuk di Indonesia sendiri juga telah banyak yang menggunakan, namun kebanyakan dari kalangan elit karena harga per kilogram berasnya bisa mencapai Rp.185.000.

Selain untuk makanan, Porang juga dapat dijadikan bahan kosmetik dan bahan kesehatan, salah satunya dapat dijadikan sebagai cangkang atau pembungkus kapsul, dapat juga dijadikan bahan pembuatan kerja, penjernih air dan bahan bakar pesawat terbang.

Mas’ud/H5P